Angkat Kembali Seni Budaya Lokal Lewat Musik Bambu

Advetorial670 Dilihat

KENDARIAKTUAL.COM, KENDARI – Lomba musik bambu yang digelar pemerintah Kota Kendari untuk mengangkat kembali seni budaya lokal mendapat apresiasi dari anggota DPRD Kota Kendari.

Anggota DPRD Kota Kendari Apriliani Puspitawati

mengatakan, mengangkat kembali seni budaya lokal lewat musik bambu adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk mempertahankan dan mempopulerkan kembali musik bambu dikalangan pelajar.

Menurutnya, musik bambu merupakan alat musik tradisional yang pernah populer di Sulawesi Tenggara.

Apriliani Puspitawati

“Dengan terus memperkenalkan dan mengembangkan musik bambu sebagai bagian dari seni budaya lokal, maka dapat tercipta kebangkitan kembali kearifan lokal dan kesadaran masyarakat untuk mempertahankan warisan budaya yang ada. Hal ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dan pariwisata di Kota Kendari dan Sulawesi Tenggara pada umumnya,” ungkap politisi PDIP ini.

Melalui gerakan ini, masyarakat diimbau untuk kembali menghargai dan memainkan musik bambu sebagai bagian dari kekayaan seni budaya lokal. Selain itu, gerakan ini juga mengedukasi masyarakat tentang sejarah dan nilai-nilai budaya yang terkait dengan musik bambu.

Sebelumya, pada perlombaan musik bambu tingkat pelajar SMP di Kota Kendari, SMPN 15 Kendari keluar sebagai juara pertama, disusul SMPN 12 Kendari di posisi ke dua, sementara itu untuk posisi ke tiga diraih oleh SMPN 7 Kendari.

Ketua Dewan Juri lomba musik bambu H. Darma mengapresiasi usaha peserta lomba, sebab dengan waktu kurang dari satu bulan, peserta musik bambu mampu memberikan yang terbaik pada lomba tahun ini.

“Saya sangat bangga melihat penampilan adek-adek sekalian yang begitu tangguh, bisa menguasai lagu-lagu, walapun masih ada satu dua nada yang tidak tepat bunyinya,” ujarnya.

Musik Bambu

Kata dia, memainkan musik bambu membutuhkan latihan yang rutin dengan mulai memperlajari dasar-dasar musik bambu. Mulai dari belajar meniup hingga mempelajari not lagu.

Menurutnya latihan musik bambu membutuhkan waktu tiga bulan agar peniupan hingga mempelajari not lagu dapat lebih dikuasai.

“Kalau saya lihat tadi penampilannya bagus-bagus. Namun ada yang tidak bunyi namun ada yang kadang bunyi di tengah, kemudian suling juga ada yang melewati beberapa buah not, tapi ada juga yang sudah melewati normal peniupannya itulah yang kita beri nilai tertinggi,” jelasnya.

Dirinya berpesan agar peserta yang tidak memperoleh juara pada tahun ini agar mencoba kembali di tahun berikutnya.

Pada perlombaan itu juga dilakukan parade musik bambu yang dimainkan oleh seluruh peserta lomba dari sembilan sekolah secara bersamaan. (Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *