Pemuda Milenial di Wakatobi Komitmen Menangkan HATI

Wakatobi753 Dilihat

KENDARIAKTUAL.COM, WANGI-WANGI – Sejumlah Pemuda milenial di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) memperingati Hari Sumpah Pemuda di Area pesanggrahan budaya, kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Rabu, (20/10/2020).

“Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, kami menyatakan sikap akan bersama-sama dengan Haliana-Ilmiati Daud (HATI) berjuang bersama-sama, memperjuangkan kesetaraan, untuk melahirkan semangat kekeluargaan yang kuat. Sebagai basis tumbuh kembangnya kesejahteraan dan keadilan yang subtansial,”ujar kordinator pemuda milenial, Baharuddin saat ditemui.

Wakatobi yang indah ini, kata dia, diharapkan oleh para pendahulu dan perintisnya,
untuk dibangun atas nilai-nilai kemanusiaan dan peri keadilan, serta kesejahteraan untuk seluruh masyarakatnya.

“Kami pemuda milenial menyatakan sikap, untuk menentang segala pemusatan ekonomi, maupun kekuasaan yang akan melahirkan ketimpangan ekonomi dan diskriminasi sosial,”katanya.

Selain itu mereka juga menentang ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Baik yang terselubung maupun terang-terangan dalam sistem dan jenjang sosial,
yang hanya menguntungkan segelintir orang yang menguasai modal dan
kekuasaan.

Juga menentang manipulasi politik yang hanya memberi kesempatan kepada
orang kaya dan pemilik modal. Serta menguasai akses pada kekuasaan politik, dan menjadikan politik sebagai instrumen ekonomi untuk memperkaya diri
dan kelompoknya.

“Kami adalah pemuda milenial yang gandrung pada kemerdekaan, kesetaraan
dan kekeluargaan. Karena itu, kami menginginkan kemerdekaan politik,
kesetaraan perlakuan dalam seluruh sistem sosial, politik dan ekonomi untuk
masa depan Wakatobi,”ucapnya.

Pemuda milenial komitmen untuk mendorong kembali hidupnya semangat kekeluargaan substansial yang mulai pudar. Akibat penguasaan sumber daya oleh kelompok kecil oligarkhi hingga melahirkan kesenjangan kelas sosial yang
semakin tajam.

“Kami pemuda milienial menyadari bahwa, tidak ada kekeluargaan dalam kesenjangan kelas sosial yang tajam, tidak mungkin buruh dan majikan bersaudara,”paparnya.

Reporter : La Ode Suhardin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *